Berikut ini adalah interview saya dengan Bukik.com yang telah diposting dalam blognya beberapa waktu lalu. Silakan menikmati.
Ibarat seekor kuda, sosok yang satu ini ingin menjadi pelayan yang membawa ke tempat manapun yang Tuannya kehendaki. Menarik? Simak ceritanya
Saya mengenalnya di Twitter, setelah nyamber akun @Nulisbuku muncul “admin”nya yang belakangan saya tahu ternyata adalah salah satu pendirinya. @Nulisbuku adalah online self-publishing. Simpelnya, kalau punya naskah, kita bisa menerbitkan sendiri melalui kerja sama dengan @Nulisbuku. Saya beberapa kali bekerja sama dengan @Nulisbuku baik buat @IDcerita maupun buat pribadi.
Dulunya saya membayangkan pusatnya @NulisBuku di Jakarta, ternyata di Surabaya. Karena itulah, saya bisa kopdar dengan @Byotenega di Kompleks Toko Buku Toga Mas di daerah Pucang, Surabaya. Ngomong ngalor-ngidul. Saya semakin tertarik dengan model bisnis yang digunakan @NulisBuku sehingga mengundangnya untuk berbagi cerita di kampus (Waktu itu saya masih dosen di Psikologi Unair).
Waktu berjalan cepat. Belum sempat kopdar lagi. Cuma obrolan online. Sampai kemudian saya membaca posting-posting di blognya @Byotenega. Ada banyak kisah menakjubkan yang dituliskannya. Naik turunnya gelombang pasang surut kehidupan. Kita bisa belajar jatuh, dan lebih penting lagi, belajar bangkit setelah jatuh. Kontan saja langsung terpikir buat menampilkannya di rubrik Bukik Bertanya. Dan inilah ceritanya…..silahkan menikmati
Tentang Identitas Diri
Teman-teman saya biasa memanggil: Ega, Nama lengkap saya: Brilliant Yotenega. Seorang laki-laki yang lahir di Surabaya, 3 Juni 1978. Selama hampir 30 tahun besar di Surabaya dan sangat mencintai Surabaya, namun sekarang ‘terlontar’ ke Jakarta, tinggal bersama istri dan kedua anak saya.
Tentang Kejadian yang Mengubah Hidup
Ketika berumur 4 tahun, saya pernah mengalami kecelakaan hebat, kecelakaan tunggal, karena kecerobohan saya. Saya berlari kencang dari dalam suatu perkantoran kakek saya di Banyuwangi. Saya berlari menuju pintu-pintu kaca, karena bentuk jendela dan pintu yang hamper sama, saya berlari kencang menerobos pintu tersebut yang ternyata adalah jendela kaca. Adegannya persis seperti yang dilakukan oleh Jackie chan di film-film-nya. Hanya saja ini kejadian yang sesungguhnya. Semua kaca remuk dan saya terluka parah. Andai saja ibu saya tidak segera mengangkat saya, sudah pasti pecahan-pecahan kaca yang masih tersisa di bagian atas jendela tersebut akan menimpa punggung saya. Dan… entah seperti apa kelanjutannya. Dari kejadian itu hampir setiap sudut di tubuh saya ada jahitan, jahitan paling lebar ada di kaki Kejadian tersebut membuat saya tidak bisa berjalan berbulan-bulan. Dari kejadian itu saya selalu mengingat bahwa saya telah ‘diselamatkan’ dari satu kejadian besar. Saya selalu melihat hidup saya sebagai suatu anugerah yang harus disyukuri.
Pada tahun 2001, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari kuliah saya yang telah saya jalani selama 5 tahun. Sekarang saya menyadari bahwa itu salah satu keputusan emosional yang pernah saya ambil. Salah satu alasannya saat itu adalah saya sudah bisa mendapatkan uang dari hasil saya bekerja. ‘Darah muda’ saya juga ikut andil dalam pengambilan keputusan itu, saya terlalu sombong ketika sudah merasa bisa bekerja menghasilkan uang sendiri.
Di tahun yang sama, saya memutuskan untuk move-on dari patah hati. Hahahah, saya tidak tahu apakah ini termasuk yang pantas untuk dituliskan sebagai kejadian besar, namun bagi saya, kejadian ini adalah peristiwa besar yang juga ikut mempengaruhi perjalanan hidup saya di masa mendatang. Bayangkan saja, selama saya sekolah SD sampai dengan kuliah, saya hanya ‘naksir’ satu orang cewek, dan melakukan banyak hal untuk membuatnya menerima cinta saya namun pada akhirnya hal tersebut tidak pernah berhasil. Saya mungkin pantas dijuluki pecundang terbesar, hahah kidding. Namun dari perjalanan itu saya merasa belajar menjadi dewasa. Saya menjadi dewasa berdasarkan metode trial & error J
Saya membuat keputusan terbaik: Saya menikah dengan penuh keberanian. Sebelumnya, pada tahun 2002 saya memproklamirkan akan menikah pada tanggal 06-06-2006 dengan pacar saya saat itu. Dan seluruh dunia harus tahu itu J (Maksudnya, teman-teman dekat saya sudah saya beritahu tentang cita-cita saya pada saat itu) Dan seperti biasa saya dianggap hilang akal sehat. Pada tanggal 06-06-2006, saya tidak juga menikah. Karena bisnis yang sedang saya geluti ternyata tidak sesuai rencana. Namun, akhirnya saya tetap menikahi pacar saya (Sekarang telah menjadi istri :p) pada tanggal 10-11-2007. Tepat di hari Pahlawan, dan supaya nuansa heroik, kepahlawananya benar-benar terasa, saya menikah juga di gedung Hotel Orange (Hotel Mandarin, Surabaya) Lokasi yang sama yang digunakan simbol perjuangan oleh pejuang-pejuang Surabaya melawan Belanda pada tahun 1945. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme (Wikipedia)
Dari kejadian-kejadian dalam hidup, saya belajar bahwa kegagalan bukanlah akhir sebuah cerita.
Desember 2007, saya bangkrut. Semua jerih payah yang saya lakukan lenyap tak berbekas. Yang saya sesali adalah kejadian ini saya alami ketika saya sudah menikah dan istri saya sedang hamil. Kisah ketika saya bangkrut inilah yang saya ceritakan di buku saya yang berjudul “In the Eye of the Strom”
Pada 1 Maret 2008, saya merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan apa saja tanpa ijazah sarjana, dengan tujuan menabung supaya dapat mengumpulkan modal untuk mewujudkan cita-cita saya berikutnya yaitu: mempunyai perusahaan (Di industri penerbitan & buku) sendiri.
Pada 08-08-2008, istri saya melahirkan, saya menjadi seorang ayah. Perasaan ini tidak akan saya lupakan. Saya diberi ‘pekerjaan tambahan’ dari Tuhan dengan dititipkan seorang anak laki-laki yang harus saya asuh dan didik dengan benar. Saya merasa diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk hal besar ini.
Pada 8 Oktober 2010, saya mendirikan perusahaan saya sendiri, dengan nama: nulisbuku.com. Di fase ini saya belajar banyak dari ratusan buku yang saya baca, saya bertanya ke puluhan orang, bagaimana mewujudkan sebuah ide menjadi nyata. Karena di Indonesia pada saat itu tidak ada perusahaan sejenis yang bisa kami jadikan benchmark. Di kejadian ini saya belajar bahwa: Sebuah impian layak untuk dikerjakan. Karena itu tagline perusahaan kami adalah “Publish Your Dream!”
Dari semua kejadian yang saya alami, belajar banyak hal. Salah satunya adalah saya belajar untuk tidak menjadi sombong, kesombongan hanya menghasilkan kejatuhan. Saya belajar peduli dengan orang lain, Saya juga belajar menjadi berani. Saya ini orangnya penakut. Kata orang Surabaya saya ini ‘gocikan’. Saya bahkan sempat tidak berani naik pesawat. Dan sampai sekarang saya tetap tidak berani ber-bungy jumping’, mendingan saya makan sate kambing daripada melakukannya. :p
Dan saya ingin sekali belajar mempunyai hikmat, belajar bijaksana, dan saya tahu itu permintaan yang bodoh, karena kebijaksanaan tidak akan pernah tercapai sepenuhnya, ini pelajaran seumur hidup bagi saya.
Tentang Buku
Iya benar, saya akan menerbitkan buku berjudul In the Eye of the Storm. Buku itu berisi tentang kisah nyata saya ketika mengawali perantauan saya di Jakarta. Setelah saya selesai menuliskan buku itu, saya berpikir bahwa kisah saya itu ternyata sebuah surat cinta. Iya, kisah tersebut adalah kisah cinta saya kepada istri saya. Hanya surat cinta tersebut berbeda dengan surat cinta pada umumnya. Jika penasaran, saya telah membagikan sebagian besar isi bukunya ke dalam postingan di blog saya, silakan baca, gratis, di byotenega.wordpress.com
Saya ingin siapa saja yang membaca buku saya akan merasa pandai, karena ternyata ada yang lebih bodoh dari mereka. Saya ingin pembaca buku saya merasa lebih beruntung, karena ternyata ada yang lebih tidak beruntung dari mereka. Saya ingin pembaca buku saya mereka lebih berpengharapan dalam hidup, karena ternyata ada seseorang yang pernah berada di tengah-tengah badai pun masih memiliki pengharapan.
Tentang yang Dihargai
Apa yang saya hargai dari diri saya? Saya adalah seorang pelayan yang beruntung dan dikasihi Tuhan. Keluarga bagi saya adalah anugerah. Hadiah paling besar yang pernah saya terima. Bagi saya orang lain adalah teman seperjalanan dalam menjalani hidup. Dan jika saya ingin mencapai garis finish bersama-sama nanti, saya harus peduli dan mengasihi mereka.
Indonesia, saya pernah memikirkan pertanyaan ini: mengapa saya dilahirkan di Indonesia. Dan saya yakin bahwa Tuhan tidak pernah salah melahirkan saya di negeri ini, saya harus melakukan sesuatu untuk negeri ini, sekecil apa pun yang bisa saya lakukan. Saya adalah orang yang selalu menitikkan air mata setiap kali menyanyikan lagu Indonesia Raya saat sedang menyaksikan TimNas bertanding di Senayan. Selalu! Saya terlalu mencintai negeri ini dengan segala resikonya, termasuk resiko bertepuk sebelah tangan.
Bagi saya kehidupan adalah jatah waktu yang diberikan Tuhan di dunia. Saya ingin hidup sebelum mati, karena saya merasa banyak orang yang sudah mati ketika mereka masih hidup. Hidup ini adalah pertandingan marathon yang harus kita menangkan bersama-sama. Kita akan mencapai garis finish bersama!
Tentang Simbol Diri
Saya ini kuda. Seekor kuda akan mengantarkan Tuannya ke tempat yang Tuannya kehendaki. Kuda adalah pelayan yang kuat dan setia.
Tentang Imajinasi Indonesia 2030
Karena ini imajinasi, saya akan menggambarkan gambaran yang paling ideal yang pernah saya pikirkan. Saya akan melihat Indonesia menjadi Negara yang maju. Namun, permasalahan yang kita hadapi tetap sama, yaitu kesenjangan sosial yang masih lebar. Dan hal ini menyebabkan terjadinya konflik horizontal yang mengganggu keseimbangan Negara ini. Ini adalah Pekerjaan Rumah khusus yang harus dikerjakan dengan seksama.
Dari menjadi Negara berkembang menuju ke Negara maju dibutuhkan lebih dari sekedar kepandaian & skill yang baik, namun juga hikmat untuk berperilaku sebagai Negara maju. Di tahun tersebut penduduk Indonesia masih belajar dari menjadi masyarakat yang konsumtif menjadi masyarakat yang produktif. Dan hal itu membutuhkan waktu bertahun-tahun bagi penduduk Indonesia untuk menjalani hidup dengan bijak.
Dengan segenap kemampuan yang saya miliki, saya ingin ikut serta dalam program pemerintah yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini adalah Pekerjaan Rumah yang sangat besar bagi Negara yang berpenduduk lebih dari 230 juta jiwa ini. Karena itu salah salah satu misi perusahaan kami adalah menyebarkan ‘virus’ membaca dan menulis di seluruh Indonesia. Kami sekarang sudah mempunyai komunitas Nulisbuku Club di beberapa kota di Indonesia, yang berperan aktif untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya membaca dan menulis. Terutama menulis buku.
Saya harapkan dengan meningkatnya budaya membaca dan menulis, Indonesia akan menjadi Negara besar yang berhikmat.
Tentang Judul Biografi
Judulnya: “Biografi seorang pelayan: Ketika aku lemah, maka aku kuat.”
Tentang Hal Konyol
Saya menabrak kaca hingga remuk, ketika tidak ada seorang pun sedang mengejar saya.