Mengalah untuk Menang. Menang untuk Mengalah

Ungkapan menang untuk mengalah mungkin sudah sering kita dengar, meski mungkin di masa-masa sulit ini sulit sekali kita lakukan, dan itu sepertinya hanya teori saja kedengarannya. Di tampar pipi kiri berikan pipi kanan, menjadi filosofi ideal seperti lukisan kuno yang berdebu menggantung di dinding museum.

Bagiku, mengalah untuk menang adalah suatu keyakinan yang kuyakini akan menjadi suatu kebenaran meskipun membutuhkan jangka waktu yang tidak sebentar untuk membuktikan kebenarannya. Bahkan sebelum kita memutuskan untuk mengalah, ada satu pergumulan yang bisa berupa peperangan melawan diri sendiri. Dan peperangan melawan diri sendiri itu bahkan jauh lebih sulit daripada peperangan melawan keadaan yang sedang kita hadapi.

Memilih untuk mengalah…

karena aku percaya, bahwa DIA sang empunya kehidupan adalah adil dan penuh kasih. Apa artinya adil bagi kita? Apakah adil itu sama rata, sama rasa? Aku pikir bukan. Jika adil seperti yang kita pikirkan, maka aku tidak akan pernah punya tempat di kekekalan nanti. Karena dosa itu begitu besar dan tak sanggup untuk menghapuskannya. Adil menurut kita tidak sama dengan keadilanNYA. Hidup ini memang seringkali tidak fair, namun DIA yang empunya kehidupan itu adil. Adilkah ketika Lot, keponakan Abraham lebih memilih lembah Yordan yang tampak lebih subur dan mempunyai air yang melimpah, ketika Abraham dan Lot ‘terpaksa berseteru’ karena tempat yang mereka diami tidak cukup luas untuk mereka tinggali bersama-sama?

Memilih untuk mengalah…

karena aku yakin hidup ini bukan layaknya lomba lari jarak pendek tetapi layaknya berlari marathon, yang setiap orang tidak mengetahui garis finishnya dimana. Yang aku tahu hidup ini adalah perjalanan yang panjang, yang terdiri dari beberapa periode kehidupan. Jika kita kalah dalam satu episode belum tentu akhirnya kita kalah dalam pertandingan, begitu juga sebaliknya, jika kita terlihat menang dalam satu episode awal, belum tentu kita akan memenangkan pertandingan.

“Seperti ayam hutan yang mengerami yang tidak ditelurkannya, demikianlah orang yang menggaruk kekayaan secara tidak halal, pada pertengahan usianya ia akan kehilangan semuanya, dan pada kesudahan usianya ia terkenal sebagai seorang bebal.”

Memilih untuk mengalah karena,

adalah satu kehormatan bagi kita untuk melakukannya. Karena ini membuktikan bahwa kita lebih dewasa dan lebih kuat, dan itu akan membuat hidup kita semakin bergantung kepada sang pemberi hidup.

Bersyukur untuk DIA yang telah melakukan apa yang telah diajarkan dengan cara mengalah, tidak menuntut keadilan ketika IA tergantung lemas dan lunglai di kayu salib, seandainya IA berontak menuntut keadilan, maka kita semua yang percaya kepadaNya tidak akan memperoleh kekekalan…

Kemang, 4 Mei 2008, 4:15pm

Thank you for Pastor Jose Carol, JPCC

2 pemikiran pada “Mengalah untuk Menang. Menang untuk Mengalah

Tinggalkan komentar